Contoh Naskah Drama Bahasa Sunda 9 Orang: Kembang Beureum
Contoh Naskah Drama Bahasa Sunda 9 Orang: Kembang Beureum
Drama adalah salah satu bentuk karya sastra yang ditulis untuk dipentaskan oleh para aktor dan aktris. Drama biasanya memiliki alur cerita, tokoh, latar, tema, dan pesan yang ingin disampaikan kepada penonton. Drama juga dapat menggunakan berbagai bahasa, termasuk bahasa daerah seperti bahasa Sunda.
Bahasa Sunda adalah salah satu bahasa daerah yang digunakan oleh masyarakat Jawa Barat dan sebagian Banten. Bahasa Sunda memiliki kekayaan kosakata, ungkapan, dan budaya yang dapat dijadikan sumber inspirasi untuk menulis drama. Berikut adalah contoh naskah drama bahasa Sunda 9 orang dengan judul Kembang Beureum.
contoh naskah drama bahasa sunda 9 orang | checked
Download Zip: https://www.google.com/url?q=https%3A%2F%2Furluso.com%2F2tGNaN&sa=D&sntz=1&usg=AOvVaw0hUnFyTpZXatJoXKX0XFW-
Kembang Beureum
Tokoh:
Raden Kian Santang: putra sulung Prabu Siliwangi, pangeran kerajaan Pajajaran
Nyi Rara Santang: putri bungsu Prabu Siliwangi, adik Raden Kian Santang
Prabu Siliwangi: raja kerajaan Pajajaran
Nyai Subang Larang: permaisuri Prabu Siliwangi
Raden Walangsungsang: putra bungsu Prabu Siliwangi, adik Raden Kian Santang dan Nyi Rara Santang
Kembang Beureum: putri raja kerajaan Galuh
Prabu Dewata Cengkar: raja kerajaan Galuh
Raden Aria Kusuma: utusan kerajaan Galuh
Ki Gedeng Tapa: pertapa yang menjadi guru Raden Kian Santang
Latar:
Aula kerajaan Pajajaran
Hutan di perbatasan Pajajaran dan Galuh
Aula kerajaan Galuh
Pesanggrahan Ki Gedeng Tapa
Alur:
Prabu Siliwangi menerima utusan dari kerajaan Galuh yang membawa lamaran untuk Raden Kian Santang dari putri Galuh, Kembang Beureum.
Raden Kian Santang menolak lamaran tersebut karena ia sudah memiliki kekasih hati, yaitu Nyi Rara Santang, adik kandungnya sendiri.
Prabu Siliwangi marah dan mengusir Raden Kian Santang dari kerajaan. Ia juga melarang Nyi Rara Santang untuk menemui Raden Kian Santang.
Raden Kian Santang pergi ke hutan dan bertemu dengan Ki Gedeng Tapa, seorang pertapa yang menjadi gurunya. Ki Gedeng Tapa memberikan nasihat dan petunjuk kepada Raden Kian Santang.
Kembang Beureum mendengar kabar bahwa Raden Kian Santang menolak lamarannya. Ia penasaran dan ingin melihat wajah Raden Kian Santang. Ia menyamar sebagai seorang pengembara dan pergi ke hutan.
Kembang Beureum bertemu dengan Raden Kian Santang di hutan. Ia terpesona oleh ketampanan dan kebaikan hati Raden Kian Santang. Ia juga mengetahui bahwa Raden Kian Santang mencintai adiknya sendiri.
Kembang Beureum merasa kasihan dan iba kepada Raden Kian Santang. Ia memutuskan untuk membantu Raden Kian Santang agar bisa bersatu dengan Nyi Rara
Santang. Ia berencana untuk mengirim surat rahasia kepada Nyi Rara Santang dan mengatur pertemuan antara Raden Kian Santang dan Nyi Rara Santang di pesanggrahan Ki Gedeng Tapa.
Nyi Rara Santang menerima surat rahasia dari Kembang Beureum. Ia merasa senang dan haru karena Raden Kian Santang masih mencintainya. Ia menyelinap keluar dari kerajaan dan pergi ke pesanggrahan Ki Gedeng Tapa.
Raden Kian Santang dan Nyi Rara Santang bertemu di pesanggrahan Ki Gedeng Tapa. Mereka berpelukan dan bercerita tentang rasa cinta mereka. Mereka juga berterima kasih kepada Kembang Beureum yang telah membantu mereka.
Kembang Beureum menyaksikan pertemuan Raden Kian Santang dan Nyi Rara Santang dari jauh. Ia merasa sedih dan iri, tetapi ia juga merasa lega dan bahagia karena Raden Kian Santang dan Nyi Rara Santang bisa bersama.
Kembang Beureum kembali ke kerajaan Galuh dan memberitahu ayahnya, Prabu Dewata Cengkar, bahwa ia tidak mau menikah dengan Raden Kian Santang. Ia mengatakan bahwa ia sudah menemukan cinta sejatinya di hutan.
Prabu Dewata Cengkar merasa heran dan penasaran. Ia memerintahkan Raden Aria Kusuma untuk mengikuti Kembang Beureum ke hutan dan mencari tahu siapa cinta sejatinya.
Raden Aria Kusuma mengikuti Kembang Beureum ke hutan dan melihat bahwa cinta sejatinya adalah sebatang bunga beureum (bunga merah) yang tumbuh di pinggir sungai. Raden Aria Kusuma kembali ke kerajaan Galuh dan memberitahu Prabu Dewata Cengkar.
Prabu Dewata Cengkar terkejut dan marah. Ia mengira bahwa Kembang Beureum telah gila karena ditolak oleh Raden Kian Santang. Ia memerintahkan pasukannya untuk menyerbu kerajaan Pajajaran dan menawan Raden Kian Santang dan Nyi Rara Santang.
Prabu Siliwangi mendapat kabar bahwa kerajaan Galuh menyerang kerajaan Pajajaran. Ia memimpin pasukannya untuk bertempur melawan kerajaan Galuh. Ia juga menyesal telah mengusir Raden Kian Santang dan melarang Nyi Rara Santang untuk menemui Raden Kian Santang.
Raden Kian Santang dan Nyi Rara Santang mendengar suara gemuruh perang di luar pesanggrahan Ki Gedeng Tapa. Mereka menyadari bahwa kerajaan Pajajaran dan kerajaan Galuh sedang berperang karena mereka. Mereka merasa bersalah dan takut.
Ki Gedeng Tapa muncul di hadapan Raden Kian Santang dan Nyi Rara Santang. Ia memberitahu mereka bahwa perang itu adalah akibat dari cinta terlarang mereka. Ia juga memberitahu mereka bahwa mereka sebenarnya bukan saudara kandung, melainkan anak angkat Prabu Siliwangi.
Raden Kian Santang dan Nyi Rara Santang terkejut dan bingung. Mereka tidak percaya dengan perkataan Ki Gedeng Tapa. Mereka meminta bukti bahwa mereka bukan saudara kandung.
Ki Gedeng Tapa memberikan bukti berupa surat wasiat dari orang tua kandung Raden Kian Santang dan Nyi Rara Santang yang meninggal saat mereka masih bayi. Surat wasiat itu menjelaskan bahwa Raden Kian Santang dan Nyi Rara Santang adalah putra-putri dari raja-raja sa 0efd9a6b88